WONOGIRI, sendang-wonogiri.id – Bagi pemburu kuliner tidaklah sulit menemukan pilihan menu di Desa Sendang, Wonogiri. Puluhan warung makan berjajar di sepanjang jalan raya sekitar objek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM). Dari yang menyediakan berbagai jenis makanan terutama olahan ikan hingga masakan tradisional.

Walau masih dalam masa pandemi Covid-19 namun data yang dihimpun sendang-wonogiri.desa.id, Kamis (13/8/2020) siang, warung-warung di sepanjang jalan Wonogiri-Pracimantoro itu mulai ramai pengunjung yang berburu kuliner. Beberapa warung makan menawarkan menu berbeda. Ada warung yang menyajikan makanan tradisional khas Wonogiri, seperti nasi tiwul, nasi asul-asul, dan sebagainya. Warung lainnya menyajikan botok ikan, nila bakar, dan oleh-oleh makanan ringan seperti nila goreng, wader goreng, dan udang goreng.
[caption id="attachment_7514" align="aligncenter" width="640"]
Masakan Jawa menjadi menu favorit Rumah Makan Pondok Tebing Grenjengan.
[/caption]
Ada warung makan yang menjadi favorit wisatawan, yakni Pondok Makan Tebing Grenjengan. Pondok Makan Tebing Grenjengan dipilih wisatawan yang ingin bernostalgia dengan makanan tradisional khas Wonogiri. Letaknya sekitar 200 meter dari Wisata WGM ke arah Wuryantoro, warung paling dekat dengan tempat wisata andalan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri itu.
Pemilik warung, Budi Hardono, saat diwawancarai reporter sendang-wonogiri.desa.id melalui handphone nya, Kamis, mengatakan pada hari-hari libur jumlah pengunjung meningkat dibanding hari biasa. Pembeli di warung Budi memiliki tipe khusus, yakni orang yang kangen dengan masakan tradisional khas Wonogiri yang kini sudah sulit ditemukan. Warungnya khusus menyajikan nasi tiwul, nasi asul-asul, nasi bancakan, nasi gurih, sayur lombok, oseng-oseng daun pepaya, mangut iwak kali, dan camilan peyek gereh.
[caption id="attachment_7516" align="aligncenter" width="640"]
Menu masakan tradisional jawa menjadi menu khas Rumah Makan Pondok Tebing Grenjengan.
[/caption]
Selain itu Budi juga menyediakan olahan ikan seperti warung lainnya, seperti nila bakar, gurami bakar, dan ayam goreng. Harga makanan tradisional tergolong murah. Budi mematok harga nasi bancakan Rp17.000/porsi, nasi bancaan spesial Rp28.000/porsi, nasi asul-asul yang dahulu hanya bisa didapat di acara hajatan Rp17.000/porsi, nasi tiwul Rp15.000/porsi, sayur lombok Rp8.000/porsi, gudangan Rp8.000/porsi, dan oseng daun pepaya Rp8.000/orang.
Selain memiliki tempat parkir kendaraan baik roda 4 maupun roda 2 yang cukup luas, pondok Makan ini juga menyuguhkan view tebing batu yang cukup indah untuk berswafoto. Pondok Makan Tebing Grenjengan juga melayani pesan via Whatsapp dengan nomor kontak 081391825137. “Selain menyajikan menu masakan jawa, tempat ini juga menyuguhkan view pemandangan tebing yang cukup indah,” kata Budi.
[caption id="attachment_7515" align="aligncenter" width="640"]
Tebing yang berada di sebelah utara parkiran Pondok Makan Tebing Grenjengan menjadi daya tarik para wisatawan.
[/caption]
Banyak pengunjung yang merasa bersyukur akhirnya keinginannya makan makanan jaman dulu (jadul) terkabul. Mereka kepada Budi mengaku sudah lama ingin makan makanan yang saat masih kecil sering mereka nikmati.
Ada juga pembeli yang sangat senang karena bisa memenuhi keinginan keluarganya yang ngidam makanan zadul [zaman dulu]. Saya membuka warung ini memang tidak murni berorientasi profit. Lebih karena ingin melestarikan budaya dan ingin memenuhi keinginan orang yang pengin bernostalgia,” imbuh Budi Hardono. (adm)