Disusun oleh Febiola Nur S (KKN-PPM UGM 2020)
Budidaya di sektor perikanan masih menjadi primadona masyarakat. Bisa kita lihat bahwa nilai jual hasil perikanan sangat tinggi karena dapat diolah menjadi aneka ragam masakan, dan memiliki banyak manfaat yang baik untuk tubuh kita, seperti membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, serta menjadi sumber energi. Namun, permasalahan terbesar yang dapat membuat pembudidaya rugi adalah penyakit yang sering menyerang ikan, salah satunya adalah infeksi parasit Trichodina.
Taukah kalian apa itu Trichodina? Trichodina s.p merupakan protozoa yang dapat menyebabkan penyakit trichodiniasis (penyakit gatal). Trichodina dapat menyerang semua benih ikan air tawar, payau dan laut yang baru menetas hingga umur satu bulan. Trichodina biasanya menyerang bagian kulit, sirip, kepala dan insang. Populasi Trichodina s.p di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas ke musim dingin. Kematian ikan yang terinfeksi dapat mencapai 50% dari total populasi.
Ikan yang terserang Trichodina memiliki ciri-ciri, diantaranya terdapat bintik putih terutama di bagian kepala dan punggung, nafsu makan hilang dan ikan menjadi sangat lemah, ikan sering menggosokkan tubuh ke pinggiran dan dasar kolam, sering terjadi pendarahan dan warna tubuh kusam. Kematian dapat terjadi ketika ikan memproduksi banyak lendir sehingga pernapasan ikan terganggu dan ikan kelelahan (exhausted). Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah tempat ikan dipelihara.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan dalam larutan garam dapur dengan konsentrasi 500 – 10.000 ppm selama 24 jam, larutan Kalium Permangat 4 ppm selama 12 jam, dan larutan formalin dosis 200 ppm sekitar 30-60 menit atau dosis 25 – 50 ppm selama 24 jam atau lebih. Selain itu, dapat juga dilakukan perendaman dalam larutan Acriflavin dengan konsentrasi larutan 10 – 15 ppm selama 15 menit, larutan Asam Asetat Glacial 0,5 mL/L selama 30 detik setiap dua hari selama 3 – 4 kali, dan larutan Copper Sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih dan diulang setiap dua hari.
Trichodina juga dapat diobati dengan alternatif bawang putih dan daun pepaya. Ikan direndam dalam 25 gram bawang putih yang dihaluskan dan dicampur dengan 1 liter air. Sedangkan pengobatan dengan daun pepaya dapat dilakukan dengan merendam ikan selama 1 jam dalam air berisi 2 gram daun pepaya yang dicacah halus dan dilarutkan dalam 100ml air, selain itu batang dan daun pepaya juga dapat digunakan sebagai pakan dengan dosis 15kg untuk 100 kg ikan. Serangan Trichodina ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu mempertahankan kualitas air dan suhu tetap ± 29° C, mengurangi kadar bahan organik terlarut, dan atau meningkatkan frekuensi pergantian air.
[caption id="attachment_7302" align="aligncenter" width="156"]
Gambar 1. Bentuk Infeksi Trichodina sp[/caption] [caption id="attachment_7303" align="aligncenter" width="149"]
Gambar 2. Bentuk Trichodina sp[/caption] Referensi:
Afrianto, E.; Liviawaty, E.; Jamaris, Z.; dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. dkp.gunungkidulkab.go.id. 2020, 18 Januari. Trichodina sp., si Cakram Pembunuh Ikan. Diakses pada 27 Juli 2020, dari https://dkp.gunungkidulkab.go.id/berita-483/trichodina-sp-si-cakram-pembunuh-ikan.html
Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. Bangka Belitung: UBB Press. Rahmi. 2012. Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dibudidayakan Pada Tambak Kabupaten Maros. Jurnal Octopus Ilmu Perikanan, 1(1), 19-23
Suprayitno, E. 2017. Dasar Pengawetan. Malang: UB Press