Sendang-wonogiri.id │ Desa Sendang memiliki banyak potensi alam yang dikembangkan menjadi ekowisata ternyata juga menyimpan potensi bencana. Tahun 2017 lalu Desa Sendang dilanda musibah tanah longsor di berbagai wilayah dusun. Untuk itu diperlukan kepedulian dan tanggung jawab seluruh masyarakatnya dalam menghadapi semua potensi bencana.
Sejak pagi puluhan relawan berkumpul di gedung pertemuan PKK Desa Sendang dalam rangka menghadiri pengukuhan relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) Desa Sendang, Jum’at (28/9). Kegiatan tersebut juga dihadiri Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri. Pengukuhan Destana dimulai pukul 08.15 WIB dengan diawali sambutan Pj. Kepala Desa Sendang, Drs. Suparno.
[caption id="attachment_3302" align="aligncenter" width="300"]
Pj. Kades Sendang, Drs. Suparno membuka acara pengukuhan Destana di Gedung Pertemuan PKK Sendang, Jum'at (28/9) (Dok.desa.id - foto : Agung)
[/caption]
Dalam sambutannya ia mengatakan, “Semoga dengan adanya pengukuhan pengurus Destana ini dapat menjadikan Desa Sendang sebagai desa yang siap dan sigap dalam menanggulangi bencana. Namun demikian harapan saya setelah acara pengukuhan ini bencana tidak terjadi.”
Dalam kesempatan itu Pj. Kades Sendang secara simbolis mengukuhkan para relawan Destana dengan memakaikan rompi kepada perwakilan relawan yakni Budi Santosa dan Eka Yuni Karlina. Rompi berwarna coklat tersebut bertuliskan “Desa Tangguh Bencana” dengan harapan Desa Sendang siap dan tangguh dalam menghadapi bencana.
Acara pengukuhan relawan Destana tersebut juga menghadirkan pemateri dari Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Wonogiri, Joko Gutomo, S.H. M.H. yang menyampaikan terkait Destana. “Destana adalah desa yang semua lapisan masyarakatnya harus mandiri untuk beradaptasi dan mengatasi situasi bencana,” jelasnya.
[caption id="attachment_3303" align="aligncenter" width="300"]
Joko Gutomo, SH, MH saat menyampaikan materi pada acara pengukuhan Destana di gedung PKK Sendang, Jum'at (28/9) (Dok.desa.id - foto : Agung)
[/caption]
Ia juga menyampaikan bahwa ada beberapa unsur yang harus bertanggung jawab ketika terjadi bencana, yaitu :
1. Pemerintah
Pemerintah harus ikut andil bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana. Dalam hal ini pemerintah harus menjadi penanggungjawab utama. Karena semua yang terdampak bencana hanya bisa meminta uluran tangan pemerintah untuk menanggulangi bencana yang terjadi.
2. Wirausaha
Setiap wirausaha harus menyisihkan sebagian penghasilan untuk membantu menanggulangi bencana, memberikan bantuan terhadap masyarakat yang terkena bencana. Pengusaha juga ikut bertanggung jawab terhadap bencana.
3. Masyarakat.
Masyarakat juga mempunyai tanggung jawab besar terhadap kejadian bencana. Karena masyarakat yang mengetahui kejadian, lokasi dan kronologi bencana.
[caption id="attachment_3304" align="aligncenter" width="300"]
Pj. Kades Sendang, Drs. Suparno saat mengukuhkan relawan Destana di Gedung PKK Sendang, Jum'at (28/9) (Dok.desa.id - foto : Agung)
[/caption]
Disamping itu Joko juga menyampaikan tahapan–tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Ada tiga tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, antara lain :
1. Pra bencana
Dalam tahapan ini yang dilakukan adalah mengadakan perencanaan, pencegahan dan pelatihan untuk menanggulangi bencana.
2. Saat terjadi bencana
Pada tahapan ini adalah tahapan yang paling vital. Hal yang harus dilakukan adalah kerja cepat, keadaan darurat, tindakan evakuasi dan pemulihan.
3. Pasca bencana
Kegiatan yang dilakukan setelah bencana terjadi adalah proses rehabilitasi dan rekontruksi.
[caption id="attachment_3305" align="aligncenter" width="300"]
Relawan melakukan pemetaan lokasi rawan bencana di Balai Desa Sendang, Jum'at (28/9) (Dok.desa.id - foto : Agung)
[/caption]
“Destana ini ada tingkatannya, yaitu Destana Pratama, Destana Madya dan Destana Utama. Tingkatan ini berdasar skor yang diperoleh dari kuisioner yang diberikan kepada desa tangguh bencana,” papar Joko.
Selain paparan materi juga dilakukan pemetaan lokasi rawan bencana dan simulasi kebencanaan yang dipandu oleh Hery Wibowo, S.Pd. Simulasi tersebut terkait cara – cara melakukan tindakan evakuasi yang efektif, aman dan cepat. Mulai penyiapan peralatan hingga transportasi yang dibutuhkan saat terjadi bencana.
“Diharapkan dengan adanya simulasi ini relawan bencana mampu mengambil tindakan cepat dan efisien. Hal pertama yang dilakukan adalah kajian resiko. Setelah diketahui resiko yang terjadi baru dilakukan pemetaan lokasi dan penentuan jalur evakuasi yang paling aman,” tandas Hery. (Edi)