Sendang-wonogiri.id │Di Dusun Kedungareng, salah satu dusun di Desa Sendang Kecamatan Wonogiri yang berbatasan langsung dengan Waduk Gajah Mungkur (WGM) di sebelah timur, terdapat UKM produsen sepatu handmade yang pemasarannya sudah sampai ke berbagai provinsi di Indonesia. Saat memasuki salah satu halaman rumah di RT 04 terlihat puluhan sepatu dengan berbagai warna dan ukuran berjajar rapi. Cetakan hingga sisa-sisa potongan kain tertata rapi pada ruang depan rumahnya.
[caption id="attachment_3069" align="aligncenter" width="300"]
Salah satu ruangan tempat Khomari membuat sepatu merk Yucko (Dok.desa.id - foto : bagas)
[/caption]
Khomari Edi Setiawan, 31, mantan pegawai bank ini memilih menekuni pembuatan sepatu jenis kasual sejak tahun 2012. Berawal dari pengalamannya sebagai marketing, ia berkenalan dengan seseorang yang bisa membuat sepatu di Solo. Merasa mampu, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai bank lalu menekuni usaha pembuatan sepatu. Ia mulai mencari peralatan cetak ke Tangerang dan Bogor.
[caption id="attachment_3191" align="aligncenter" width="277"]
Khomari, pembuat sepatu dengan merk Yucko dari Dusun Kedungareng (Dok.desa.id - foto : K.Edi)
[/caption]
Setelah memiliki peralatan cetak, pria lulusan Program Studi Ekonomi Manajemen di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut mulai memproduksi sepatu di dusunnya. Ia memberi label sepatunya dengan nama Yucko dengan jenis produk sepatu casual atau sepatu santai. “Produk kami terbuat dari berbagai bahan, untuk bagian luar menggunakan macam-macam kain yg dikombinasikan dengan busa. Untuk lapisan dalam menggunakan kain katun salur agar tidak panas dan tentunya nyaman dikaki. Alas sepatu bagian dalam menggunakan spon dan bagian luarnya karet, sehingga sepatu kami sangat lentur,” papar Khomari.
Semua produk Sepatu Yucko dibuat limited, jadi setiap motif hanya diproduksi maksimal 20-30 pasang saja. Sedangkan motifnya ada 3 macam yakni model ballet, model selop, dan model kombinasi. Seluruh proses pembuatan dilakukan dengan tangan baik dari pemotongan hingga penyelesaian. Dalam sehari ia dapat membuat lima pasang sepatu, terkadang untuk menyelesaikan pesanan yang menumpuk ia mengajak rekan-rekannya untuk membantu menyelesaikan.
[gallery ids="3186,3187,3188,3189"]
Dalam hal pemasaran, Khomari lebih banyak menggunakan media online. “Melalui media online sangat mudah dan tidak repot dan saya tetap menomorsatukan kepercayaan. Selain itu saya juga menggunakan media offline seperti kerjasama agen dan reseller, jika barang tidak sesuai sistem retur tetap saya gunakan,” jelasnya.
Melalui media sosial tersebut sepatu dengan merk Yucko ia pasarkan ke berbagai provinsi dari Sumatera hingga Papua. Bahkan, temannya yang berada di Malaysia ikut memesan sepatu buatannya. Ia juga memasarkan produknya ke agen dan reseller yang tersebar di berbagai daerah. Ia menjual dengan sistem eceran maupun grosir. Untuk pengiriman ia menggunakan jasa ekspedisi dan bisa juga COD atau ketemuan langsung. Dalam satu bulan ia dapat menjual 60 hingga 80 pasang sepatu dengan harga eceran Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per pasang.
[caption id="attachment_3067" align="aligncenter" width="300"]
Khomari saat mengerjakan sepatu merk Yucko dirumahnya (Dok.desa.id - foto : Bagas)
[/caption]
“Perlu waktu hingga hingga empat tahun untuk babat alas memasarkan sepatu. Berbagai masukan mengenai bahan saya terima untuk membuat hasil kerajinan saya lebih baik. Kini dari Sabang hingga Merauke ada sepatu buatan saya,” ujar Khomari.
Sekretaris Desa Sendang, Agung Susanto, mengatakan Desa Sendang yang memiliki berbagai potensi wisata dapat disinergikan dengan produk lokal sebagai cinderamata. Ia berharap, kreatifitas Khomari dapat ditularkan kepada pemuda lain di desa sehingga dapat menyerap tenaga kerja agar dapat mengangkat perekonomian desa. (admin)