Sendang-wonogiri.desa.id │Minggu (15/7/2018) digelar Festival Layang-Layang Road Exibition 3 Cities 2018 bertempat di lapangan sepakbola Wisata Gajah Mungkur Sendang Wonogiri. Kegiatan itu diinisiasi Perkumpulan Pekarya Layang-layang indonesia (Perkalin). Mulai pagi hingga sore hari di atas Wisata Gajah Mungkur dipenuhi dengan layang-layang berbagai bentuk dan warna. Ada layang-layang berbentuk naga, ikan, ular, karakter animasi, burung, dan lainnya.
[caption id="attachment_2523" align="aligncenter" width="227"]
Train naga, salah satu bentuk layang-layang yang mengikuti festival layang-layang di obyek wisata Gajah Mungkur, Minggu 15/7/2018 (Dokumen desa.id - foto : Titik)
[/caption]
Ada pula layang-layang bapangan. Layang-layang tradisional jawa itu dilengkapi sendaren yang bisa mengeluarkan bunyi. Kategori layang-layang tradisional turut dilombakan dalam festival tersebut. Panitia melombakannya sebagai bentuk produk budaya nusantara. Layang-layang tradisional bagian dari budaya yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
[caption id="attachment_2524" align="aligncenter" width="225"]
Berbagai bentuk layang-layang mengikuti festival layang-layang di obyek wisata Gajah Mungkur, Minggu 15/7/2018 (Dokumen desa.id - foto : Titik)
[/caption]
Pekarya yang juga pelayang nasional, Agus Prasetyo, mengatakan layang-layang train naga selalu menyita perhatian orang. Ukurannya berbeda. Paling besar berdiameter 70 cm dengan jumlah kepingan (badan ekor layang-layang) 150 keping. Jarak antar kepingan 150 cm, sehingga total panjang 150 meter. Talinya khusus terbuat dari bahan benang yang digunakan untuk panjat tebing. Biasanya berdiameter 22 mm. Butuh lebih dari 30 orang untuk menerbangkannya karena kekuatan tarikannya sangat besar.
[caption id="attachment_2525" align="aligncenter" width="300"]
Aneka bentuk layang-layang menghiasi angkasa pada festival layang-layang di obyek wisata Gajah Mungkur, Minggu 15/7/2018 (Dokumen desa.id - foto : Titik)
[/caption]
“Saat festival layang-layang di Surabaya tahun lalu sampai menyeret dua unit truk. Jadi, orang bisa langsung ikut terbang kalau terikat di layang-layang itu,” ucap lelaki asal Tulungagung yang akrab disapa Pras tersebut.
Pelayang yang pernah menjuarai festival tingkat internasional itu melanjutkan train naga terbuat dari bahan kain, fiber untuk rangka, dan tali pengait antar kepingan. Ukuran terbesar dibuat lebih kurang dua bulan. Kali terakhir ia menjualnya seharga mulai dari Rp 7 juta.
Festival layang-layang sebelumnya pernah diadakan di Waduk Gajahmungkur tahun 2005, 2006. dan 2007 lalu. Para peserta berharap event itu bisa digelar secara rutin setiap tahun. Penasehat Perkalin Pusat Herdjuno menambahkan, para juara akan diikutsertakan dalam Festival Layang-layang Nasional di Pantai Parangkusumo Yogyakarta 28-29 Juli mendatang.
(admin, sumber : solopos-rudi)